Pada tahun 2009, Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) untuk yang kesekian kalinya. Tentunya, perhelatan besar yang melibatkan semua unsur politik akan sangat berpengaruh terhadap dunia ekonomi, khususnya pasar modal. Untuk itu, penulis telah menginvestigasi dinamika interaksi antar saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada masa krisis politik 1998-1999 yang ditunjukan dengan nilai koefisien korelasinya. Nah, berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berharap para pelaku dunia investasi, khususnya investor, dapat melihat lebih jelas apa yang terjadi pada pasar modal ketika kegiatan politik sedang mencapai puncaknya pada pemilu 2009. Penulis menganalogikan intervensi politik saat pemilu terhadap saham-saham di pasar modal seperti intervensi panas terhadap partikel-partikel dalam suatu material. Untuk itu, penulis menggunakan tools (formula) yang biasa digunakan dalam ilmu fisika material untuk menganalisis perilaku partikel.
Berdasarkan distribusi makroskopis yang teridentifikasi dari pasar saham BEJ pada periode tersebut, penulis menemukan bahwa faktor politik sangat signifikan mempengaruhi interaksi pergerakan antar saham. Semakin tinggi temperatur politik maka akan semakin tinggi pula sinkronisasi pergerakan antar saham, dan berasosiasi dengan semakin tinggi risiko dari portofolio saham. Dengan menggunakan metode ultrametricity dan ultrametric clustering structure penulis menemukan struktur hirarkis (taksonomi) antar saham dan cluster-cluster yang terbentuk untuk beberapa studi kasus penelitian. Identifikasi cluster-cluster ini sangat penting dan memudahkan Investor dalam membentuk portofolio yang efisien, dimana risiko portofolio akan semakin kecil bila portofolio dibentuk berdasarkan saham-saham yang berasal dari cluster yang berbeda.
Kata kunci: ekonofisika, koefisien korelasi, struktur hirarkis, cluster saham.